Karimunjawa Part 2: Kita Bisa Pulang Nggak, Ya?

Februari 21, 2016

Prolog
Sepertinya gue emang nggak bakat (alias terlalu malas) untuk nulis artikel bersambung. Jadi, setelah tertunda dua bulan lamanya, ini dia kelanjutan cerita gue di Karimunjawa Agustus lalu. Baca part 1-nya di sini.


Day 3 at Karimunjawa
"Kita bisa pulang nggak, ya?". Itu pertanyaan yang terulang terus sejak semalam. Kenapa? Karena kami mendapat kabar dari penduduk lokal kalau gelombang air laut sedang tinggi sehingga tidak ada kapal yang beroperasi.

Pagi ini seharusnya kami sudah kembali ke Jakarta. Dengan perasaan penuh harap, pagi ini kami sarapan bersama sembari menunggu kabar dari tour guide. Siapa tahu siang ini kita bisa menyebrang dan mengejar kereta ke Jakarta yang akan berangkat di malam hari. Sekitar pukul 08.00 pagi, kami pun menelepon tour guide kami yang ramah itu. Dan ternyata... sudah ketuk palu sodara-sodaraaa...! Hari ini kapal beneran nggak diizinkan berangkat.

Jadi, pagi itu kami pun disibukkan dengan memilih destinasi wisata selanjutnya. Ada yang mau wisata darat, ada yang mau wisata laut. Karena kami bertujuh, jadi keputusan harus dibuat seadil mungkin biar nggak bete-betean. Dan keputusan jatuh kepada... wisata darat.

Emang ada wisata darat yang asik di Karimunjawa?

Ada kok, guys. Mayan buat cuci-cuci mata, walaupun to be honest nggak sekece wisata lautnya. Tapi, daripada you bengong aja di penginapan, mending keliling-keliling, kan?

So, di Karimunjawa ternyata ada wisata mangrove yang instagenic. Pas banget deh buat foto-foto cantik.

Wisata Mangrove sembari ditemani desiran air laut

Setelah mengitari area mangrove itu, kami pun melanjutkan perjalanan ke bukit love. Kenapa dinamakan bukit love? Bukan, bukan karena bukit ini adalah latar dari cerita rakyat yang romantis. Bukit ini dinamakan bukit love karena... di pintu depan bukit ini ada tulisan LOVE. 

Jujur aja, kita cuma foto-foto di depan bukit LOVE karena terlalu malas menanjak. Setelah foto-foto, perjalanan pun dilanjutkan ke Bukit Joko Tuo.

Siap nanjak!
Di perjalanan menuju ke atas bukit, kita akan melihat tulang belulang paus yang dulu pernah tersasar di area Karimunjawa.

Ini dia tulang paus yang terdampar di Karimunjawa

Begitu sampai di atas, kalian boleh berpuas hati karena pemandangan laut dari atas bukit bikin sejuk mata. Bukit Joko Tuo bisa dibilang adalah tempat yang pas untuk melihat sunset selama di Karimunjawa. Tapi karena kita sampai di bukit ini sekitar pukul 4 sore, which is masih lama untuk menunggu matahari terbenam, kami pun memutuskan untuk balik sebentar ke penginapan dan menghabiskan sunset di area dermaga.



Lalu, apa yang kami lakukan di malam hari? Tentu aja makan lagi cumi crispy di alun-alun! 

Day 4 at Karimunjawa
Alam sepertinya belum mau berdamai. Gelombang masih tinggi dan kami pun terpaksa menunda kepulangan. Memasuki hari ke-empat di Karimunjawa, kami dihadapkan dengan rasa bosan karena hanya stay di penginapan. Bukan karena tak ada lagi daerah wisata yang bisa dikunjungi, namun karena kami harus berhemat jika besok gelombang air laut tak juga surut.

Maka hari itu kami isi dengan rujakan jambu air yang metik di pohon depan penginapan. Bener-bener slow life. Sore harinya, tour guide kami datang dan berkata bahwa gelombang laut sudah mulai tenang dan kemungkinan kapal bisa berangkat besok hari.

Masalah satu selesai, masalah baru tiba. Karena tiket kereta kami hangus, maka kami pun harus mencari tiket kereta kembali. Namun sayang, tiket kereta ke Jakarta keesokan hari sudah habis dan lusa kami sudah harus kembali bekerja.

Awalnya kami ingin menaiki bus dari Jepara, namun bus baru ada di malam hari. Kami pun menanyakan penyewaan mobil ke tour guide dan alhamdulillah si bapak punya kenalan sewa mobil. Setelah nego beberapa kali, akhirnya kami menyewa Elf dari Jepara - Jakarta seharga 3,2 juta.

Ya, semua demi masuk kerja lusa....

Day 5 at Karimunjawa
Jam 3 pagi kami sudah bangun dan bersiap untuk kembali ke Jakarta. Jam 4 pagi tour guide kami menjemput dan kami pun diantar menuju pelabuhan. Dari berita yang kami baca di media online, ada sekitar 900 turis yang terdampar di Karimunjawa, bersama kami. Namun pagi itu hanya sekitar 200 orang yang bisa menyebrang, termasuk kami.

Beruntunglah kami karena menggunakan jasa travel sehingga mendapat jatah tempat untuk penyebrangan pertama ini. Kabarnya, hanya kapal express saja yang bisa menyebrang, sementara kapal besar seperti Siginja belum mendapat izin berangkat.

Begitu sampai di pelabuhan Kartini, Jepara kami langsung menghubungi bapak sewa Elf yang sudah janjian di malam sebelumnya. Biaya sewa elf yang lumayan mahal mendadak terasa lebih ringan karena kondisi Elf yang masih bagus dan luas. Ditambah lagi, ada dua orang penumpang dadakan yang ingin pulang ke Jakarta dan kehabisan tiket kereta juga. Makin sedikit deh patungannya. :D

Bagi gue, perjalanan ke Karimunjawa adalah one of my most unforgettable trip karena akhirnya gue berhasil mengalahkan ketakutan gue dengan air dan tentu saja merasakan terdampar di pulau selama dua hari. Dari liburan ini gue juga jadi menyadari bahwa bawa uang cadangan selama traveling itu penting!

Tips liburan ke Karimunjawa
1. Persiapkan mental dan dana untuk extend liburan. Gelombang air laut bisa tinggi sewaktu-waktu dan penyebrangan bisa ditiadakan untuk waktu yang tidak pasti.
2. Bawa sunblock! Liburan ke sini akan dipenuhi dengan snorkeling dan main-main di pantai.

You Might Also Like

0 komentar